MONAS DIASPAL ANIES MELAWAN SUNATULLAH
Hari ini, publik melihat Anies ternyata telah menjilat ludahnya sendiri.
Semalam saya dengar paving blok Monas ditimpa aspal untuk persiapan pagelaran Formula E. Ini jelas-jelas telah melawan sunatullah, seperti yang pernah dikatakan Anies Baswedan.
Akibat pengaspalan, air hujan jelas gak akan bisa masuk ke dalam tanah/bumi. Akibatnya air akan meluber ke jalan-jalan, dan Istana Presiden yang dekat area Monas bisa kebanjiran parah.
Saya kadang mikir, kok segininya Anies memaksakan ambisinya. Apa semua ini dendam, karena dulu pernah dipecat Jokowi dari menteri ?
Publik semua tahu, Anies dalam kampanyenya pernah bicara di depan Rizieq Shihab. Katanya, air hujan itu harus dimasukkan ke dalam bumi/tanah, bukan dialirkan ke laut lewat gorong-gorong raksasa, seperti yang dilakukan gubernur Ahok.
Menurut Anies, apa yang dilakukan Ahok itu melawan "sunatullah" dan itu kesalahan yang fatal.
Sekarang publik melihat, Anies telah menjilat ludah sendiri dengan mengaspal paving blok di Monas demi Formula E. Segala aturan dilanggar dan bnyak kritikan diabaikan. Bahkan 4.000 toilet standar internasional akan disiapkan diajang Formula E.
Sementara kita tahu, masih banyak warga DKI Jakarta yang belum punya jamban dan kenapa mereka tak diperhatikan sama sekali oleh pemprov DKI ? Malah warga yang tak punya jamban disuruh numpang BAB ke tetangga. Edyan gak, sih ?
Jika untuk menggelar Formula E segala peraturan yang ada dilanggar, trus buat apa peraturan dibuat ?
Sebenarnya banyak dugaan pelanggaran yang dilakukan Anies, seperti; penebangan pohon yang awalnya ngaku tidak ditebang, eh faktanya ditebang. Ngaku katanya pohon yang ditebang tak ada nilainya, eh ternyata kayunya dijadikan furniture. Dan masih banyak kebohongan lainnya.
Belum lagi soal surat rekomendasi dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) yang diduga dipalsukan oleh pemprov DKI Jakarta. Pemprov DKI awalnya mengaku Formula E bisa diadakan di kawasan Monas atas rekomendasi dari TACB, tapi kemudian ketua TACB membantah.
Setelah publlik ramai ikut mengkritik dugaan pemalsuan isi surat rekomendasi itu, kemudian sekda DKI Saifullah berkilah, bahwa surat rekomendasi yang ditulis TACB itu salah ketik, harusnya ditulis tim sidang pemugaran (TSP), bukan TACB. Hahaha makin ketahuan ngibulnya.
Tidak hanya sampai disitu, ngibul Anak buah Anies semakin ketahuan setelah TSP juga ikut membantah telah memberikan rekomendasi Formula E di Monas. Menurut keterangan TSP, mereka tidak punya wewenang untuk memberi rekomendasi tersebut.
Dari sini ketahuan, setelah bohong pertama, kemudian diikuti lagi kebohongan kedua.
Jujur saja, melihat semua ini, saya jadi teringat ceramah Aagym di ILC. Katanya, pribadi yang suka berbohong maka ia selalu akan berusaha menutupi kebohongannya dengan melakukan kebohongan baru.
Seperti yang sudah seringkali saya katakan, kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
Entah ada motif apa dibalik ngototnya Anies ingin gelar Formula E di Monas. Padahal masih banyak tempat lain kalaupun harus adakan Formula E. Tapi alasan bawahannya sih biar terkenal dunia akhirat. Edan! Sudah kepepet jadi jawab pakai jurus mabuk.
Padahal dengan anggaran Formula E 1,6 triliun, menurut saya anggaran itu bisa digunakan untuk hal lain yang lebih penting, misalnya digunakan untuk penanggulangan bencana banjir atau untuk membantu warga DKi yang belum punya jamban.
Tapi sayangnya Anies tidak peka, anggaran untuk penanggulangan banjir justru 'disunat', akibatnya kini di DKI Jakarta pun banjirnya berjilid-jilid mirip kayak demo 212.
Maka dengan segala persoalan DKI Jakarta yang ada saat ini, maka sekali lagi saya tegaskan. Jakarta telah mengambil keputusan yang FATAL!
Penulis: Yusuf Muhammad